Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

KISAH NABI MUSA DAN HARUN ‘ALAIHIMASSSALAM (BAG. 3)



PENINDASAN FIR’AUN KEPADA BANI ISRAIL UNTUK YANG KEDUA
KALINYA


Mendengar kata-kata para penyihir itu
Fir’aun pun semakin marah, dan orang-
orang sesat dari kaumnya juga mendorong
Fir’aun untuk menghukum Musa dan Harun.
Ketika itulah, Fir’aun mengeluarkan
ketetapannya, yaitu membunuh anak-anak
orang-orang yang beriman dari kalangan
Bani Israil dan membiarkan wanita. Dengan
adanya keputusan ini, maka Fir’aun berhasil
membuat takut kaum lemah Bani Israil dan
mereka yang ada penyakit dalam hatinya,
mereka tidak beriman kepada Musa karena
takut akan ancamannya, bahkan orang yang
beriman saja sampai tidak masuk ke dalam
Islam secara sempurna karena takut
terhadap Fir’aun.

Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam melihat
kaumnya merasakan ketakutan yang sangat,
maka Beliau berkata kepada kaumnya,
“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada
siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-
Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.”
Maka Kaum Musa berkata, “Kami telah
ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu
datang kepada Kami dan setelah kamu
datang.”

Musa menjawab, “Mudah-mudahan Allah
membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi-(Nya), Maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu.” (QS. Al A’raaf:
128-129)

Fir’aun juga mulai mencari cara untuk
menyingkirkan Nabi Musa, maka pada suatu
hari ia mengumpulkan para pembantu dan
keluarganya serta memberitahukan usulnya,
yaitu membunuh Musa. Namun di tengah-
tengah mereka ada seorang yang
menyembunyikan keimanannya dan berkata,
“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-
laki karena Dia menyatakan, “Tuhanku ialah
Allah,” padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari
Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka
dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu;
dan jika ia seorang yang benar niscaya
sebagian (bencana) yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu.” (QS. Al
Mu’min: 28)

Lalu ia mengajak orang-orang Mesir untuk
beriman kepada Allah dan memperingatkan
mereka dari adzab Allah, tetapi Fir’aun
berpaling darinya dan tidak mau mendengar
nasihatnya.

Musibah-musibah yang Ditimpakan kepada
Fir’aun dan Kaumnya dan Bagaimana
Fir’aun Tetap Tidak Mau Bertaubat


Hari pun berlalu, Fir’aun dan para
pembantunya terus menyiksa Bani Israil dan
membebankan mereka dengan kerja-kerja
yang berat, ia juga tidak mau mendengarkan
nasihat Nabi Musa untuk membiarkan
dirinya dan kaumya pergi meninggalkan
Mesir, sehingga Allah menimpakan kepada
mereka kemarau panjang dan kekurangan,
dimana air sungai Nil surut, buah-buahan
berkurang, dan manusia banyak yang
kelaparan, sehingga mereka merasakan
tidak sanggup menghadapi cobaan dari
Allah ‘Azza wa Jalla . Allah Subhaanahu wa
Ta’ala juga menimpakan kepada mereka
berbagai macam adzab di samping yang
disebutkan, seperti banjir yang
menenggelamkan tanaman dan rumah-
rumah mereka, mengirimkan belalang yang
memakan sisa tanaman dan pepohonan
mereka, demikian pula mengirimkan kutu
(ulat) sehingga memakan makanan yang
mereka simpan, mengirimkan katak
sehingga membuat mereka sulit istirahat,
serta menjadikan air yang datang kepada
mereka dari sungai Nil, sumur dan mata air
yang ada menjadi darah.

Semua musibah ini menimpa Fir’aun dan
kaumnya, adapun Musa dan Harun serta
orang-orang yang beriman bersamanya,
maka tidak mendapatkannya. Hal ini
merupakan bukti kebenaran apa yang
dibawa Nabi Musa dan Nabi Harun
‘alaihimassalam .

Hari pun berlalu dan musibah itu terus
belanjut, bahkan semakin hari semakin
bertambah, maka orang-orang Mesir
mendatangi Fir’aun mengusulkan kepadanya
untuk melepaskan Bani Israil sambil
meminta kepada Nabi Musa agar ia berdoa
kepada Tuhannya agar Tuhannya
menghilangkan musibah itu dari mereka.

Mereka berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhamnu dengan
(perantaraan) kenabian yang diketahui Allah
ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu
dapat menghilangkan adzab itu dan pada Kami,
pasti Kami akan beriman kepadamu dan akan
Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.”
Namun ketika Allah telah menghilangkan
adzab itu dari mereka hingga batas waktu
yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba
mereka mengingkarinya. (Lihat Al A’raaf:
134-135)

Fir’aun juga semakin bertambah
penentangannya dan kekafirannya kepada
Allah dan senantiasa mendustakan semua
ayat yang dibawa oleh Nabi Musa
‘alaihissalam , hingga akhirnya Nabi Musa
berdoa kepada Allah agar Dia melepaskan
Bani Israil dari cengkeraman Fir’an serta
mengadzab orang-orang kafir dengan adzab
yang pedih. Nabi Musa berkata, “Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam
kehidupan dunia. Wahai Tuhan kami, akibatnya
mereka menyesatkan (manusia) dari jalan
Engkau. Wahai Tuhan kami, binasakanlah harta
benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka
melihat siksaan yang pedih.” (QS. Yunus: 88)

Maka Allah Subhaanahu wa Ta’ala
mengabulkan doa Nabi-Nya dan Rasul-Nya
Musa ‘alaihissalam dan datanglah perintah
dari Allah kepada Nabi Musa untuk
membawa Bani Israil pergi di malam hari
serta memberitahukan, bahwa Fir’aun akan
menyusul mereka.

NABI MUSA 'ALAIHISSALAM MEMBAWA
PERGI BANI ISRAIL DAN DISUSULNYA MEREKA OLEH FIR’AUN


Maka Nabi Musa membawa Bani Israil pada
malam hari dan berangkatlah Musa bersama
Bani Israil ke arah laut, mereka berjalan
kaki ke sana, namun berita kepergian Nabi
Musa dan Bani Isaril ternyata diketahui
Fir’aun, maka Fir’aun marah besar dan
mengirim orang untuk mengumpulkan
(tentaranya) ke kota-kota. Fir’aun berkata,
“Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-
benar golongan kecil. Dan sesungguhnya
mereka membuat hal-hal yang menimbulkan
amarah kita. Dan sesungguhnya kita benar-
benar golongan yang selalu waspada.”

Maka keluarlah Fir’aun dan kaumnya dalam
jumlah besar untuk mengejar Nabi Musa
dan Bani Israil, hingga akhirnya Fir’aun dan
bala tentaranya dapat menyusul mereka di
waktu matahari terbit. Kedua golongan itu
pun saling melihat, dan saat itu pengikut-
pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita
benar-benar akan tersusul.” Tetapi Musa
menenangkan mereka dan mengingatkan
mereka, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala
akan menolong mereka, Beliau berkata,
“Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya
Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku.”

Penenggelaman Fir’aun

Selanjutnya, Allah memerintahkan Nabi
Musa untuk memukul tongkatnya ke laut,
maka dengan izin Allah laut pun terbelah,
dimana setiap belahan seperti gunung yang
besar (QS. Asy Syu’araa: 52-63). Ketika
itulah, Bani Israil segera melintasi laut
hingga sampai di seberang, sedangkan
Fir’aun berada di tepi sebelumnya, dan
ketika Fir’aun melihat jalan-jalan di tengah
laut senantiasa terbuka, maka ia bersama
tentaranya pun melewati jalan itu untuk
mengejar Bani Israil. Dan ketika mereka
telah sampai di tengah laut, maka laut pun
kembali seperti biasa sehingga mereka
semua tenggelam. Dan saat Fir’aun telah
merasakan dirinya akan tenggelam, ia pun
berusaha menyelamatkan dirinya dengan
berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan
yang berhak disembah melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
(Lihat Yunus: 90)

Akan tetapi, saat untuk bertaubat tidak lagi
berguna karena nyawa telah sampai di
tenggorokan.

Setelah Fir’aun menghebuskan nafasnya,
maka ombak laut membawa jasadnya dan
melemparnya ke pinggir pantai agar dilihat
oleh orang-orang Mesir, agar menjadi
pelajaran bagi mereka, bahwa orang yang
mereka sembah selama ini serta mereka
taati tidak mampu menolak kematian sedikit
pun dari dirinya serta menjadi pelajaran
bagi setiap orang yang sombong lagi
kejam.

Penenggalaman Fir’aun ini terjadi pada hari
Asyura (10 Muharram). Ibnu Abbas berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah, sedangkan orang-orang Yahudi
melakukan puasa pada hari Asyura, lalu
Beliau bertanya, “ Hari apa yang kalian
berpuasa ini? ” Mereka menjawab, “Ini adalah
hari dimana Musa pernah mengalahkan
Fir’aun.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (kepada para sahabat),
“ Kalian lebih berhak dengan Nabi Musa
daripada mereka, maka berpuasalah.” (HR.
Bukhari, Muslim, Nasa’i dalam Al Kubra, Ibnu
Majah, dan lain-lain).

Setelah Bani Israil melintasi lautan, maka
mereka berjalan ke negeri yang suci
(Palestina), namun di tengah perjalanan,
mereka melihat orang-orang yang
menyembah patung, lalu mereka meminta
kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar
mengadakan buat mereka sesembahan
seperti yang mereka miliki, maka Nabi Musa
berkata, “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum
yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”–
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa
yang seIalu mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf:
138-139)

Nabi Musa juga berkata, “Patutkah aku
mencari Tuhan untuk kamu selain Allah,
padahal Dialah yang telah melebihkan kamu
atas segala umat (pada masa itu).” (QS. Al
A’raaf: 140)

BEBERAPA NIKMAT ALLAH KEPADA BANI ISRAIL

Nabi Musa ‘alaihissalam pun melanjutkan
perjalanannya di bawah terik matahari yang
menyengat wajah mereka, hingga akhirnya
mereka mengadukan masalah itu kepada
Beliau, maka Allah menundukkan untuk
mereka awan yang berjalan di atas mereka
yang mengikuti perjalanan mereka sehingga
mereka tidak merasa kepanasan. Dan pada
saat mereka kehausan, Allah mewahyukan
kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar Beliau
memukulkan tongkat yang dibawanya itu ke
batu, maka terpancarlah daripadanya dua
belas mata air sesuai dengan jumlah suku
Bani Israil yang bersamanya sehingga Nabi
Musa ‘alaihissalam menjadikan untuk setiap
suku satu mata air.

Dan ketika mereka kelaparan, mereka juga
diberi nikmat oleh Allah Subhaanahu wa
Ta’ala , Dia berikan untuk mereka Manna
(makanan yang manis seperti madu) dan
Salwa (daging burung seperti burung
puyuh), maka mereka memakannya, akan
tetapi mereka cepat bosan terhadap
makanan itu sehingga mereka mendatangi
Nabi Musa ‘alaihissalam mengeluhkan
makanan itu, mereka berkata, “Wahai Musa,
Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu
macam makanan saja. sebab itu
mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu,
agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa
yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya, dan bawang merahnya.”

Maka Nabi Musa berkata, “Maukah kamu
mengambil yang rendah sebagai pengganti
yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu
kota, pasti kamu memperoleh apa yang
kamu minta.” Yakni Permintaanmu ini
bukanlah perkara sulit, bahkan makanan itu
banyak di kota mana pun, yang jika kamu
mendatangi tentu kamu akan
menemukannya. (Lihat Al Baqarah: 61).

Bersambung…

Lihat artikel sebelumnya:
Kisah Nabi Musa dan Harun
‘Alaihimasssalam (bag. 1)


Kisah Nabi Musa dan Harun
‘Alaihimasssalam (bag. 2)


Oleh: Marwan bin Musa

Maraaji’:

1. Al Qur’anul Karim
2. Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu
Yahya Marwan)
3. Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net)
4. Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir,
takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy)
5. dll.

Artikel www.kisahmuslim.com

Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "KISAH NABI MUSA DAN HARUN ‘ALAIHIMASSSALAM (BAG. 3)"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top