Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

MENELADANI NABI IBRAHIM


Keteguhan Ibrahim ‘alaihissallam Dalam
Mendakwahkan Tauhid Kepada Ayahnya


Unsur terpenting dalam proses penyucian
jiwa ialah dengan menegakkan tauhidullah,
menjadikannya sebagai pilar utama
sehingga mempengaruhi unsur-unsur lain
dalam jiwa. Apabila tauhid seseorang baik,
maka baik pula unsur lainnya. Demikian
sebaliknya, apabila tauhid seseorang buruk,
hal itupun akan sangat berpengaruh dalam
setiap gerak langkah kehidupannya. Dan kita
berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
selalu memberikan taufik dan petunjuk-Nya.

Dalam mempelajari perjalanan hidup Nabi
Ibrahim ‘alaihissallam , kita akan
mendapatkan diri beliau sebagai insan yang
sangat teguh dan gigih dalam menegakkan
hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang agung,
yakni tauhid. Hal ini dapat terlihat dalam
beberapa moment, di antaranya:

1. Dakwah Tuhid Kepada Ayah Beliau
‘Alaihissallan Dengan Sabar Dan Penuh
Santun.


Al-Hafihz Ibnu Katsiir rahimahullah berkata,
“Penduduk negeri Harran adalah kaum
musyrikin penyembah bintang dan berhala.
Seluruh penduduk bumi adalah orang-orang
kafir kecuali Ibrahim ‘alaihissallam , isterinya,
dan kemenakannya, yaitu Nabi Luth
‘alaihissallam . Ibrahim ‘alaihissallam terpilih
menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang menghapus kesyirikan tersebut dan
menghilangkan kebatilan-kabatilan yang
sesat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menganugerahkan kepadanya kegigihan
sejak masa kecilnya. Beliau diangkat
menjadi Rasul, dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala memilihnya sebagai kekasih Allah
Subhanahu wa Ta’ala pada masa berikutnya.

Awal dakwah tauhid yang beliau
‘alaihissallam tegakkan, ialah diarahkan
kepada ayahnya, karena ia seorang
penyembah berhala dan yang paling berhak
untuk diberi nasihat (Al-Bidayah wan-
Nihayah, juz 1, hal: 326).

Syaikh as-Sa`di rahimahullah
berkata,”Ibrahim ‘alaihissallam adalah sebaik-
baik para nabi setelah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam , … yang telah
Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan kenabian
pada anak keturunnya. Dan kepada mereka
diturunkan kitab-kitab suci. Dia telah
mengajak manusia menuju Allah Subhanahu
wa Ta’ala , bersabar terhadap siksa yang ia
dapatkan (dalam perjalanan dakwahnya), ia
mengajak orang-orang yang dekat
(dengannya) dan orang-orang yang jauh, ia
bersungguh-sungguh dalam berdakwah
terhadap ayahnya bagaimanapun
caranya…” (Tafsir as-Sa`di, hal: 443.)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺄَﺑِﻴﻪِ ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺖِ ﻟِﻢَ ﺗَﻌْﺒُﺪُ
ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﻭَﻟَﺎ
ﻳُﻐْﻨِﻲ ﻋَﻨْﻚَ ﺷَﻴْﺌًﺎ


“Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya;
“Wahai Ayahku, mengapa engkau
menyembah sesuatu yang tidak mendengar,
tidak melihat dan tidak dapat menolong
engkau sedikitpun?”. (QS. Maryam:42).

Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahim
‘alaihissallam mendakwahkan tauhid kepada
ayahnya dengan ungkapan sangat lembut
dan ucapan yang baik untuk menjelaskan
kebatilan dalam perbuatan syirik yang
dilakukannya?! (Tafsir as-Sa`di, hal: 444).

Penolakan ayahnya terhadap dakwah itu
tidak menyurutkan semangat serta sikap
sayang terhadap ayahnya dengan tetap akan
memintakan ampunan, sekalipun
permohonan ampun itu tidak dibenarkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala . Disebutkan
dalam firman-Nya,

ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭُ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ
ﻟِﺄَﺑِﻴﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻦْ ﻣَﻮْﻋِﺪَﺓٍ ﻭَﻋَﺪَﻫَﺎ
ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺗَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻋَﺪُﻭٌّ
ﻟِﻠَّﻪِ ﺗَﺒَﺮَّﺃَ ﻣِﻨْﻪُ ۚ ﺇِﻥَّ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ
ﻟَﺄَﻭَّﺍﻩٌ ﺣَﻠِﻴﻢٌ


“Dan permintaan ampun dari Ibrahim
(kepada Allah) untuk ayahnya tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkan kepada ayahnya itu. Maka tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya adalah
musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka
Ibrahim berlepas diri darinya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang
sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS.
At-Taubah: 114).

Dalam usaha yang lain, Ibrahim berdialog
dengan ayahnya:

ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻟِﺄَﺑِﻴﻪِ ﺁﺯَﺭَ
ﺃَﺗَﺘَّﺨِﺬُ ﺃَﺻْﻨَﺎﻣًﺎ ﺁﻟِﻬَﺔً ۖ ﺇِﻧِّﻲ
ﺃَﺭَﺍﻙَ ﻭَﻗَﻮْﻣَﻚَ ﻓِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ
ﻣُﺒِﻴﻦٍ


“Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada ayahnya, Azar. ‘Layakkah engkau
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-
tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau
dan kaummu dalam kekeliruan yang
nyata’.” (QS. Al-An’am: 74).

Syaikh as-Sa’di berkata,”Dan ingatlah
(terhadap) kisah Ibrahim ‘alaihissallam
manakala Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji
dan memuliakannya saat ia berdakwah
mengajak kepada tauhid dan melarang dari
berbuat syirik.” (Tafsir as-Sa`di, hal: 224).
Demikian, perjuangan dakwah tauhid yang
disampaikan Nabi Ibrahim ‘alaihissallam
kepada kaumnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikannya sebagai bagian dari ayat-
ayat Alquran yang akan selalu dibaca dan
dipelajari secara seksama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻘَﻮْﻣِﻪِ
ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﻩُ ۖ ﺫَٰﻟِﻜُﻢْ
ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ


“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata
kepada kaumnya: ‘Sembahlah Allah dan
bertakwalah kepada-Nya, yang demikian itu
lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui’.” (QS. Al-Ankabut: 16).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam
menafsirkan ayat ini: “Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengkabarkan tentang hamba-Nya,
Rasul dan kekasih-Nya, yaitu Ibrahim
‘alaihissallam sang imam para hunafa`,
bahwa ia ‘alaihissallam berdakwah mengajak
kaumnya untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata dan tidak ada
sekutu bagi-Nya, mengikhlaskan-Nya dalam
ketakwaan, memohon rezeki hanya kepada-
Nya, dan mengesakan-Nya dalam
bersyukur.” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hal:
536).

Keteguhan dakwah tauhid yang
diperjuangkan Nabi Ibrahim ‘alaihissallam
juga termaktub dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala surat al-Anbiya` ayat
51-56. Dan dalam beberapa ayat
disebutkan, bahwa dakwah tauhid kepada
ayah dan kaumnya dilakukan secara
bersamaan, seperti tersebut dalam surat
asy-Syu`ara ayat 69, dan ash-Shaffat ayat
84.

2. Nabi Ibrahim ‘alaihissallam Tegar Dan
Tabah Menghadapi Ujian Dan Siksaan.


Sikap ini tercermin dalam kisah beliau
‘alaihissallam saat berdakwah mengajak
manusia untuk bertauhid dan mengesakan
Allah Subhanahu wa Ta’ala , namun
kebanyakan menolaknya dengan penuh
kenistaan. Ketabahan Nabi Ibrahim
‘alaihissallam ini menjadi teladan bagi setiap
dai dalam mengajak manusia menuju jalan
yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Kisah ketabahan Nabi Ibrahim ‘alaihissallam
diabadikan dalam Alquran melalui firman-
firman-Nya. Meskipun kaumnya dengan
kuatnya untuk membakar dirinya, namun
Nabi Ibrahim ‘alaihissallam tetap tabah dan
menyerahkan segala perkara kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala . Sebagaimana firman
Allah Ta’ala,

Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah
patung-patung yang kamu pahat itu?
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu
dan apa yang kamu perbuat itu”. Mereka
berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk
(membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah dia
ke dalam api yang menyala-nyala itu”.
Mereka hendak melakukan tipu muslihat
kepadanya, maka Kami jadikan mereka
orang-orang yang hina. (QS. Ash-Shaffat:
95-98).

As-Suddi rahimahullah berkata: “Mereka
menahannya dalam sebuah rumah. Mereka
mengumpulkan kayu bakar, bahkan hingga
seorang wanita yang sedang sakit
bernadzar dengan mengatakan ‘sungguh
jika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memberikan bagiku kesembuhan, maka aku
akan mengumpulkan kayu bakar untuk
membakar Ibrahim’. Setelah kayu bakar
terkumpul menjulang tinggi, mereka mulai
membakar setiap ujung tepian dari
tumpukkan itu, sehingga apabila ada seekor
burung yang terbang di atasnya niscaya ia
akan hangus terbakar. Mereka mendatangi
Nabi Ibrahim ‘alaihissallam kemudian
mengusungnya sampai di puncak tumpukan
tinggi kayu bakar tersebut”. Riwayat lain
menyebutkan, ia diletakkan dalam ujung
manjaniq.

Nabi Ibrahim ‘alaihissallam mengangkat
kepalanya menghadap langit, maka langit,
bumi, gunung-gunung dan para malaikat
berkata: “Wahai, Rabb! Sesungguhnya
Ibrahim akan dibakar karena
(memperjuangkan hak-Mu)”

Nabi Ibrahim berkata, “Ya, Allah, Engkau
Maha Esa di atas langit, dan aku sendiri di
bumi ini. Tiada seorang pun yang
menyembah-Mu di atas muka bumi ini
selainku. Cukuplah bagiku Engkau sebaik-
baik Penolong.” (Fathul-Bari, Juz 6, hal:
483).

Mereka lantas melemparkan Nabi Ibrahim
‘alaihissallam ke dalam tumpukan kayu bakar
yang tinggi, kemudian diserukanlah (oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala ): “Wahai api,
jadilah dingin dan selamat bagi
Ibrahim.” (Tafsir ath-Thabari, Juz 9, hal:
43).

Ibnu Abbas dan Abu al-Aliyah, keduanya
berkata: “Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidak mengatakan ‘dan selamat bagi
Ibrahim,’ niscaya api itu akan
membinasakan Ibrahim ‘alaihissallam dengan
dinginnya.” (Tafsir ath-Thabari, Juz 9, hal:
43).

3. Yakin Terhadap Kebesaran Allah ‘Azza wa
Jalla


Pada saat Nabi Ibrahim diletakkan di ujung
manjaniq, ia dalam keadaan terbelenggu
dengan tangan di belakang. Kemudian
kaumnya melemparkan Nabi Ibrahim
‘alaihissallam ke dalam api, dan ia pun
berkata: “Cukuplah Allah ‘Azza wa Jalla bagi
kami, dan Dia sebaik-baik Penolong”.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dari Sahabat Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma , ia berkata:

ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴْﻞُ

(cukuplah Allah ‘Azza wa Jalla bagi kami dan
Dia sebaik-baik penolong)” telah diucapkan
Nabi Ibrahim ‘alaihissallam tatkala ia
dilemparkan ke dalam api (Shahih Bukhari
dan Fathul-Bari, Juz 8, hal: 288, no. 4563).
Demikianlah, Nabi Ibrahim ‘alaihissallam
sangat yakin dengan kebesaran,
pertolongan dan perlindungan Allah ‘Azza wa
Jalla , karena beliau sedang
memperjuangkan hak Allah ‘Azza wa Jalla
yang terbesar, yakni tauhid dalam beribadah
kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ala .
Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala Berada
Di Atas Segalanya

1. Kisah dalam hijrah bersama Hajar dan
Ismail (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari, Juz
6, hal: 478, no. 3364).

Ketika Ismail baru saja dilahirkan dan dalam
penyusuan ibunya (Hajar), Nabi Ibrahim
‘alaihissallam membawa keduanya menuju
Baitullah pada dauhah (sebuah pohon
rindang) di atas zam-zam. Saat itu, tidak
ada seorangpun di Makkah, dan juga tidak
ada sumber air.

Nabi Ibrahim ‘alaihissallam meninggalkan
jirab, yaitu kantung yang biasa dipakai
untuk menyimpan makanan. Kantung itu
berisi kurma untuk keduanya. Juga
meninggalkan siqa` (wadah air) yang berisi
air minum. Kemudian Nabi Ibrahim
‘alaihissallam berpaling dan pergi. Hajar
mengikutinya sembari berkata: “Wahai,
Ibrahim! Kemana engkau akan pergi
meninggalkan kami di lembah yang sunyi
dan tak berpenghuni ini?” Hajar mengulangi
pertanyaan itu berkali-kali, namun Ibrahim
tidak menoleh, tak pula menghiraukannya.

Kemudian Hajar pun bertanya: “Apakah
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memerintahkan engkau dengan ini?”
Ibrahim menjawab,“Ya.”

Mendengar jawaban itu, maka Hajar berkata:
“Jika demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidak akan meninggalkan kami”. Lantas
Hajar kembali menuju tempatnya semula.

Adapun Ibrahim, ia terus berjalan
meninggalkan mereka, sehingga sampai di
sebuah tempat yang ia tak dapat lagi
melihat isteri dan anaknya. Ibrahim pun
menghadapkan wajah ke arah Baitullah
seraya menengadahkan tangan dan berdoa:
Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Rabb kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-
mudahan mereka bersyukur. [QS. Ibrahim
ayat 37).

2 . Kisah Penyembelihan Ismail.

Nabi Ibrahim ‘alaihissallam berdoa: “Wahai
Rabb-ku, karuniakanlah untukku anak yang
shalih,” maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kabar gembira kepadanya
dengan kehadiran seorang anak yang mulia
lagi penyabar. Dan tatkala anak itu saat
mulai beranjak dewasa berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”

Isma’il menjawab: “Wahai Ayahandaku,
lakukanlah apa yang diperintahkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu; insya
Allah engkau akan mendapati diriku
termasuk orang-orang yang sabar”.

Saat keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya di atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya). Setelah itu Allah Subhanahu wa
Ta’ala memanggilnya: “Wahai Ibrahim,
sungguh kamu telah membenarkan mimpi
itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan kami menebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang
datang kemudian. (Yaitu) ‘Kesejahteraan
yang dilimpahkan kepada Ibrahim’.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk
hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
mukminin. Kisah ini dijelaskan di dalam
Alquran dalam surat ash-Shaffat ayat
99-111.

Dalam Tafsir al-Qurthubi, Juz 18, hal: 69
dan Tafsir al-Baghawi, Juz 4, hal: 33, Ibnu
Abbas berkata:

Ibrahim dan Isma’il … keduanya taat, tunduk
patuh terhadap perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala . Ingatlah, renungkanlah kisah itu …
ketika keduanya akan melaksanakan
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala , dengan
tulus dan tabah sang anak berkata:

ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺖِ ﺍﺷْﺪُﺩْ ﺭِﺑَﺎﻃِﻲْ ﺣَﺘَّﻰ
ﻻَ ﺃَﺿْﻄَﺮِﺏَ .…


“Wahai Ayahku, kencangkanlah ikatanku
agar aku tak lagi bergerak.”

ﻭَﺍﻛْﻔُﻒْ ﻋَﻨِّﻲ ﺛِﻴَﺎﺑَﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ
ﻳَﻨْﺘَﻀِﺢَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺩَﻣِّﻲْ
ﺷَﻲْﺀٌ ﻓَﻴَﻨْﻘُﺺَ ﺃَﺟْﺮِﻱْ ﻭَﺗَﺮَﺍﻩُ
ﺃُﻣِّﻲْ ﻓَﺘَﺤْﺰَﻥُ.…


“Wahai Ayahku, singsingkanlah baju engkau
agar darahku tidak mengotori bajumu, maka
akan berkurang pahalaku, dan (jika nanti)
ibu melihat bercak darah itu niscaya beliau
akan bersedih.”

ﻭَﻳَﺎ ﺃَﺑَﺖِ ﺍﺳْﺘَﺤِﺪَّ ﺷَﻔْﺮَﺗَﻚَ
ﻭَﺃَﺳْﺮِﻉْ ﻣَﺮَّ ﺍﻟﺴِّﻜِّﻴْﻦِ ﻋَﻠَﻰ
ﺣَﻠْﻘِﻲْ ﻟِﻴَﻜُﻮْﻥَ ﺃَﻫْﻮَﻥُ ﻋَﻠَﻲَّ
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺷَﺪِﻳْﺪٌ.…


“Dan tajamkanlah pisau Ayah serta
percepatlah gerakan pisau itu di leherku
agar terasa lebih ringan bagiku karena
sungguh kematian itu amat dahsyat.”

ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺗَﻴْﺖَ ﺃُﻣِّﻲْ ﻓَﺎﻗْﺮَﺃْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ
ﺍﻟﺴَّﻼَﻡَ ﻣِﻨِّﻲْ .… ﻭَﺇِﻥْ ﺭَﺃَﻳْﺖَ
ﺃَﻥْ ﺗَﺮُﺩَّ ﻗَﻤِﻴْﺼِﻲْ ﻋَﻠَﻰ ﺃُﻣِّﻲْ
ﻓَﺎﻓْﻌَﻞْ .…


“Wahai Ayah, apabila engkau telah kembali
maka sampaikan salam (kasih)ku kepada
ibunda, dan apabila bajuku ini Ayah
pandang baik untuk dibawa pulang maka
lakukanlah.”

ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢُ : ﻧِﻌْﻢَ
ﺍﻟْﻌَﻮْﻥُ ﺃَﻧْﺖَ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻣْﺮِ
ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ .…


(Saat itu, dengan penuh haru) Ibrahim
berkata: “Wahai anakku, sungguh engkau
adalah anak yang sangat membantu dalam
menjalankan perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala “.

Dalam Shahih Qashashil-Anbiya Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Ini adalah ujian Allah
Subhanahu wa Ta’ala atas kekasih-Nya (yakni
Ibrahim ‘alaihissallam ) untuk menyembelih
putranya yang mulia dan baru terlahir
setelah beliau berumur senja. (Ujian ini
terjadi) setelah Allah memerintahkannya
untuk meninggalkan Hajar saat Ismail masih
menyusui di tempat yang gersang, sunyi
tanpa tumbuhan (yang dimakan buahnya),
tanpa air dan tanpa penghuni. Ia taati
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu,
meninggalkan isteri dan putranya yang
masih kecil dengan keyakinan yang tinggi
dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala . Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kepada mereka kemudahan,
jalan keluar, serta limpahan rezeki dari arah
yang tiada disangka. Setelah semua ujian
itu terlampaui, Allah menguji lagi dengan
perintah-Nya untuk menyembelih putranya
sendiri, yaitu Ismail ‘alaihissallam . Dan tanpa
ragu, Ibrahim menyambut perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala itu dan segera
mentaatinya. Beliau ‘alaihissallam
menyampaikan terlebih dahulu ujian Allah
Subhanahu wa Ta’ala tersebut kepada
putranya, agar hati Ismail menjadi lapang
serta dapat menerimanya, sehingga ujian itu
tidak harus dijalankan dengan cara paksa
dan menyakitkan. Subhanallah…

3. Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada Ibrahim untuk Berkhitan.


Pada saat Ibrahim ‘alaihissallam telah
mencapai umur senja (delapan puluh
tahun), ia diuji oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan beberapa perintah, di
antaranya agar beliau berkhitan.
Sebagaimana hadits Abi Hurairah
radhiyallahu ‘anhu , ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ﺍﺧْﺘَﺘَﻦَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡ
ﻭَﻫُﻮَ ﺍﺑْﻦُ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴﻦَ ﺳَﻨَﺔً


“Ibrahim ‘alaihissallam berkhitan di usia
beliau delapan puluh tahun.” (Shahih
Bukhari dan Fathul-Bari (Juz 6, hal: 468, no.
3356)).

Beliau ‘alaihissallam berkhitan dengan pisau
besar (semisal kampak). Meskipun terasa
sangat berat bagi diri beliau ‘alaihissallam ,
namun hal itu tidak pernah membuatnya
merasa ragu terhadap segala kebaikan
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala . Bahkan
dalam sebuah riwayat, Ali bin Rabah
radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa :
“Beliau (Ibrahim ‘alaihissallam ) diperintah
untuk berkhitan, kemudian beliau
melakukannya dengan qadum. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan ‘Engkau
terburu-buru sebelum Kami tentukan
alatnya’. Beliau mengatakan: ‘Wahai Rabb,
sungguh aku tidak suka jika harus menunda
perintah-Mu’.” (Shahih Bukhari dan Fathul-
Bari, Juz 6, hal: 472)

4. Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala Untuk
Membangun Ka`bah.



ﻭَﺇِﺫْ ﺑَﻮَّﺃْﻧَﺎ ﻟِﺈِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻣَﻜَﺎﻥَ
ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﻲ ﺷَﻴْﺌًﺎ
ﻭَﻃَﻬِّﺮْ ﺑَﻴْﺘِﻲَ ﻟِﻠﻄَّﺎﺋِﻔِﻴﻦَ
ﻭَﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻤِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟﺮُّﻛَّﻊِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ
ﻭَﺃَﺫِّﻥْ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﺎﻟْﺤَﺞِّ
ﻳَﺄْﺗُﻮﻙَ ﺭِﺟَﺎﻟًﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰٰ ﻛُﻞِّ
ﺿَﺎﻣِﺮٍ ﻳَﺄْﺗِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﻓَﺞٍّ
ﻋَﻤِﻴﻖٍ


“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan
tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah
(dengan mengatakan): “Janganlah kamu
memperserikatkan sesuatupun dengan Aku
dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-
orang yang thawaf, dan orang-orang yang
beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan
sujud. Dan berserulah kepada manusia
untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, dan mengendarai unta yang kurus
yang datang dari segenap penjuru yang
jauh,” (QS. Al-Hajj: 26-27).

Dalam Shahih Bukhari disebutkan,
bahwasanya Ibrahim ‘alaihissallam berkata:
“Wahai anakku, sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan aku
sesuatu”.

Ismail ‘alaihissallam menjawab: “Lakukanlah
perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada
engkau”.

Ibrahim ‘alaihissallam bertanya: “Apakah
engkau (akan) membantuku?”
Ismail ‘alaihissallam menjawab: “Ya, aku
akan membantu engkau”.

Ibrahim ‘alaihissallam berkata lagi:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah memerintahkan aku untuk membangun
disini sebuah rumah”. (Nabi Ibrahim
‘alaihissallam mengisyaratkan tanah yang
sedikit tinggi dibandingkan dengan yang
ada di sekelilingnya). Saat itulah keduanya
membangun pondasi-pondasi. Dan Ismail
‘alaihissallam membawa kepada ayahnya
batu-batu dan Ibrahim
‘alaihissallam menyusunnya. Sehingga, ketika
telah mulai tinggi, ia mengambil batu dan
diletakkan agar Ibrahim ‘alaihissallam dapat
naik di atasnya. Demikian, dilakukan oleh
keduanya, dan mereka berkata:

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺗَﻘَﺒَّﻞْ ﻣِﻨَّﺎ ۖ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ
ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ


“Ya Rabb kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 127).
Dari pemaparan kisah-kisah di atas, banyak
pelajaran penting dan berharga yang dapat
dipetik, di antaranya:

1. Nabi Ibrahim ‘alaihissallam adalah hamba
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
Subhanahu wa Ta’ala yang amat taat
kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ala ,
sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikannya sebagai hamba yang
sangat disayangi.
2. Pilar utama upaya tazkiyyatun-nufus
adalah dalam hal tauhid. Dan berdakwah
menyeru kepada tauhid merupakan
amanat yang dipikul para nabi, dan
sekaligus menjadi panutan bagi setiap
dai.
3. Kesabaran dalam mendakwahkan tauhid
dan ketabahan dalam menghadapi ujian
di jalan itu, harus dilakukan sesuai
dengan cara yang dicontohkan oleh para
rasul ‘alaihissallam .
4. Yakin terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala
merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam mengarungi
kehidupan.
5. Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
merupakan hal terpenting di atas
segalanya. Ketulusan hati dalam
melaksanakan segala perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah kebahagiaan.
Maka selayaknya kita berupaya secara
maksimal untuk melaksanakannya
diiringi doa memohon taufik serta
kemudahan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala .

6. Segala contoh kebaikan telah ada pada
diri para Rasul ‘alaihissallam yang harus
selalu menjadi suri tauladan bagi kita
dalam setiap hal. Wallahul Musta`an..

[Disalin dari tulisan Ustadz Rizal Yuliar di
majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun
XII/1429/2008M]

Artikel www.kisahmuslim.com
Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "MENELADANI NABI IBRAHIM"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top