Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

SEJARAH PERANG MU’TAH


PERANG MU’TAH

Peperangan ini tercatat di dalam sejarah
sebagai sebuah peperangan besar , di mana
tentara Islam yang berjumlah 3.000 orang
melawan 200.000 tentara Romawi Nasrani.
Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan
Mu’tah
, sahabat yang mati syahid hanya 12
orang, dan mereka memiliki kedudukan
tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
mendakwahi dan memerangi manusia
hingga mereka mengikrarkan kalimat tauhid.
Maka kemuliaan bagi yang mengikuti
agamanya dan kehinaan bagi yang
menyelisihinya.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memulai dakwah dari kerabatnya
yang terdekat dari kabilah Quraisy lalu
bangsa Arab secara umum dan siapa saja
yang dekat atau datang kepadanya dari
berbagai penjuru, maka demikian pula
beliau memerangi musuh pertama yang
terdekat yaitu kafir Quraisy para penyembah
berhala kemudian bagnsa Arab di sekitar
Mekah dan Madinah dan lainnya lalu ahli
kitab dari bangsa Yahudi di Madinah dan
sekitarnya.

Dan sekarang tiba saatnya untuk memerangi
bangsa Romawi yang beragama Nasrani dan
nanti akan tiba gilirannya memerangi kaum
Majusi para penyembah api dan seluruh
umat kafir hingga agama Allah tinggi dan
jaya di permukaan bumi, di atas semua
agama sekalipun orang-orang kafir benci
dengan kemenangan Islam. Inilah Islam dan
inilah jihad yang merahmati umat manusia
dan tidak membiarkan mereka berlarut-larut
dalam laknat Allah dengan tetap dalam
kekafiran, tetapi Islam mengeluarkan mereka
dari kegelapan syirik dan kufur kepada
cahaya Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “ Allah takjub dengan orang-
orang yang masuk surga dalam keadaan diikat
rantai besi .” (HR. Bukhari). Maksudnya
bahwa mereka tertawan oleh tentara Islam
lalu diikat dengan rantai besi kemudian
digiring ke negeri Islam dan akhirnya
mereka masuk Islam sehingga berbahagia
dengan surga.

Dan termasuk hikmah ilahiyyah tatkala
orang-orang kafir dari berbagai bangsa
tidak bersatu padu dalam satu waktu untuk
menyerang kaum muslimin. Tatkala kafir
Quraisy memerangi kaum muslimin, maka
bangsa Arab lainnya diam menunggu hasil
dari Quraisy. Ketika seluruh bangsa Arab
dan Yahudi bersekutu memerangi kaum
muslimin, maka umat Nasrani diam
menunggu hasil peperangan tersebut.

Demikian pula tatkala umat Islam berperang
melawan Romawi, maka bangsa Persia
Majusi diam menunggu hasil peperangan ini
hingga semua bangsa dan semua agama
ditundukkan oleh kaum muslimin. Firman
Allah:

ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
ﺍﻟْﻘِﺘَﺎﻝَ

“ Dan Allah memelihara kaum muslimin dari
peperangan .” (QS. Al Ahzab: 25)

SEBAB TERJADINYA PERANG MU’TAH

Sebab terjadinya perang ini adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengirim surat melalui utusannya, Harits
bin Umair radhiallahu ‘anhu kepada Raja
Bushra. Tatkala utusan ini sampai di Mu’tah
(Timur Yordania), ia dihadang dan dibunuh,
padahal menurut adat yang berlaku pada
saat itu –dan berlaku hingga sekarang-
bahwa utusan tidak boleh dibunuh dan
kapan saja membunuh utusan, maka berarti
menyatakan pengumuman perang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah
akibat tindakan jahat ini, beliau mengirim
pasukan perang pada Jumadil Awal tahun
ke-8 Hijriah yang dipimpin oleh Zaid bin
Haritsah.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
“ Jika Zaid mati syahid, maka Ja’far yang
menggantikannya. Jjika Ja’far mati syahid,
maka Abdullah bin Rawahah penggantinya .”
Ini pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengangkat tiga panglima
sekaligus karena beliau mengetahui
kekuatan militer Romawi yang tak
tertandingi pada waktu itu.

TENTARA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
BERANGKAT


Pasukan ini berangkat hingga tiba di Ma’an
wilayah Syam dan sampai kepada mereka
berita bahwa Raja Romawi bernama
Heraklius telah tiba di Balqa bersama
100.000 tentara dan bergabung bersama
mereka kabilah-kabilah Arab yang beragama
Nasrani yang berjumlah 100.000 tentara
sehingga total tentara musuh berjumlah
200.000 tentara. Setelah para sahabat
bermusyawarah, sebagian mereka
mengatakan, “Kita mengirim utusan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
beliau menambahkan kekuatan tentara atau
memerintahkan kepada kita sesuatu.”
Lalu panglima mereka yang ketiga, Abdullah
bin Rawahah radhiallahu ‘anhu ,
menyemangati mereka seraya mengatakan,
“Wahai kaum! Demi Allah, sesungguhnya
apa yang kalian takutkan sungguh inilah
yang kalian cari (yakni) mati syahid. Kita
tidak memerangi manusia karena banyaknya
bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi
kita memerangi mereka karena agama Islam
ini yang Allah muliakan kita dengannya.
Bangkitlah kalian memerangi musuh karena
sesungguhnya tidak lain bagi kita melainkan
salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang
atau mati syahid.”

Maka sebagian mereka berkata, “Demi Allah,
Ibnu Rawahah benar.” Lalu mereka
berangkat sampai mereka tiba di Balqa
tempat musuh berada.

Ini munjukka betapa besar keberanian para
sahabat dalam jihad memerangi musuh-
musuh Allah, semoga Allah melaknat Syi’ah
yang mencela para sahabat.

PERTEMPURAN

Tentara Islam dan tentara kufur saling
berhadapan. Perlu kita ketahui, tentara di
medan perang dibagi menjadi lima pasukan,
yaitu: pasukan depan, belakang, kanan, kiri,
dan tengah sebagai pasukan inti. Tentara
musuh dengan jumlah yang sangat banyak
mengharuskan seorang tentara dari sahabat
melawan puluhan tentara musuh. Akan
tetapi, tentara Allah yang memiliki kekuatan
iman dan semangat jihad untuk meraih
kemulian mati syahid tidak merasakannya
sebagai beban berat bagi mereka sebab
kekuatan mereka satu banding sepuluh –
sebagaimana digambarkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat,
“ Jika ada di antara kalian 20 orang yang
bersabar maka akan mengalahkan 200
orang .” (QS. Al Anfal: 65)

Tentara Allah sebagai wali dan kekasih-Nya
yang berperang untuk meninggikan agama-
Nya, maka pasti Allah bersama mereka.
Adapun orang-orang kafir sebanyak apapun
bilangan dan kekuatan mereka, maka ibarat
buih yang tidak berarti apa-apa.
Peperangan berkecamuk dengan dahsyat.

Pusat perhatian musuh tertuju kepada
pembawa bendera kaum muslimin dan
keberanian para panglima Islam dalam maju
memerangi musuh, hingga mati syahidlah
panglima pertama, Zaid bin Haritsa
radhiallahu ‘anhu . Lalu bendara perang
diambil oleh panglima kedua, Ja’far bin Abi
Thalib radhiallahu ‘anhu . Beliau berperang
habis-habisan hingga tangan kannya
terputus, lalu bendera dibawa dengan
tangannya kirinya hingga terputus pula dan
merangkul bendera dengan dadanya hingga
terbunuh. Sebagai balasannya, Allah
menggantikan kedua tangannya dengan dua
sayap agar di surga ia dapat terbang ke
mana saja. Setelah beliau syahid ditemukan
pada tubuhnya terdapat 90 luka lebih antara
tebasan pedang, tusukan panah atau
tombak yang menunjukkan keberaniannya
dalam menyerang musuh.

Kemudian bendera perang dibawa oleh
panglima ketiga. Abdullah bin Rawahah
radhiallahu ‘anhu dan berperang hingga mati
syahid menyusul kedua rekannya. Agar
bendera perang tidak jatuh maka mereka
mengangkatnya dan bersepakat untuk
menyerahkannya kepada Khalid bin Walid
radhiallahu ‘anhu, maka beliau membawa
bendera perang.

Setelah peperangan yang luar biasa,
keesokan harinya Khalid radhiallahu ‘anhu –
dengan kecerdasan siasat baru dengan
mengubah posisi pasukannya dari semula;
yaitu pasukan depan ke belakang dan
sebaliknya, pasukan kanan ke kiri dan
sebaliknya, sehingga tampak bagi musuh
bahwa kaum muslimin mendapat bantuan
tentara yang baru dan menimbulkan rasa
takut dalam hati mereka dan menjadi sebab
kekalahan mereka.

Setelah berperang lama, Khalid radhiallahu
‘anhu menilai bahwa kekuatan musuh jauh
tidak sebanding dengan kekuatan kaum
muslimin. Maka beliau menarik mundur
pasukannya dengan selamat hingga ke
Madinah, sedang musuh tidak mengejar
mereka karena khawatir kalau-kalau ini
dilakukan oleh kaum muslimin sebagai
siasat perang untuk mengajak Romawi
menuju medan perang yang lebih terbuka di
padang pasir –yang akan merugikan
Romawi.

Dalam perang ini, Khalid radhiallahu ‘anhu
berperang habis-habisan hingga sembilan
pedang patah di tangannya. Ini
menunjukkan betapa besarnya peperangan
tersebut dan betapa besar perjuangan para
sahabat demi Islam. Maka semoga Allah
melaknat orang-orang Syi’ah yang tidak
mengakui keutamaan para sahabat.

Seandainya Syi’ah mencela seorang saja
dari sahabat biasa, sungguh cukuplah
sebagai kejelekan mereka, lalu bagaimana
jika yang mereka cela adalah kebanyakan
sahabat bahkan yang paling utama di antara
mereka. Sungguh tidak ada kebaikan yang
dilakukan oleh siapa pun kecuali para
sahabat merupakan pendahulunya dan
mendapat pahalanya.

Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan
Mu’tah, sahabat yang mati syahid hanya
dua belas orang, dan mereka memiliki
kedudukan tinggi di sisi Allah. Adapun
pasukan musuh tidak dapat dipastikan
bilangan mereka yang terbunuh, tetapi
diperkirakan sangat banyak. Hal ini dapat
diketahui dari hebatnya peperangan yang
terjadi.

SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM
BERKISAH TENTANG PERANG


Tampak mukjizat kenabian, tatkala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan kepada para sahabat di
Madinah tentang kematian tiga panglimanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik
mimbar dalam keadaan sedih meneteskan
air mata seraya berkata, “ Bendera perang
dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga mati
syahid, lalu bendera diambil oleh Ja’far dan
berperang hingga mati syahid, lalu bendera
perang dibawa oleh Siafullah (Pedang Allah –
yakni Khalid bin Walid, pen.) hingga Allah
memenangkan kaum muslimin. ” Setelah itu,
beliau mendatangi keluarga Ja’far dan
menghibur mereka serta membuatkan
makanan untuk mereka.

PELAJARAN DARI KISAH:

1. Boleh mengangkat beberapa pemimpin
dalam satu waktu dengan syarat tertentu
dan memimpin secara berurutan.
2. Kaum muslimin mengangkat Khalid
sebagai panglima perang merupakan
dalil bolehnya ijtihad di masa hidupnya
Rasulullah.
3. Keutamaan tiga panglima (Zaid, Ja’far,
Abdullah bin Rawahah) dan keutamaan
Khalid bin Walid sebab dalam
peperangan ini Rasulullahh shallallahu
‘alaihi wa sallam menamainya dengan
Saifullah (Pedang Allah).
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedih atas kematian tiga panglimanya,
menunjukkan rahmatnya kepada
umatnya dan bahwasanya beliau
berusaha menentramkan jiwanya untuk
bersabar terhadap musibah. Dan ini
lebih baik daripada yang tidak sedih dan
tidak tersentuh oleh musibah sama
sekali.
5. Hakikat hidup dan ‘ izzah (kemuliaan)
yang disingkap oleh Abdullah bin
Rawahah radhiallahu ‘anhu bahwa
sesungguhnya kemenangan bukanlah
karena kekuatan dan jumlah secara
materi, melainkan agama dan ketaatan
kepada Allah. Lihat Sirah Nabawiyyah
karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad:
521-526 dan Sirah Nabawiyyah karya Dr.
Akram: 2:267-270

Oleh: Ustadz Abu Hafshoh

Sumber: Majalah Al-Fuqon Edisi 6 Tahun
Ke-11 1433 H/2012 M

Artikel www.KisahMuslim.com

Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "SEJARAH PERANG MU’TAH"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top