Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

Bohong Saat Puasa , Apakah Membatalkan Puasa ?


Apakah bohong saat puasa bisa
membatalkan puasa?

Berbohong Saat Puasa

Larangan berbohong saat berpuasa telah
disebutkan dalam hadits berikut ini,

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺪَﻉْ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟﺰُّﻭﺭِ ﻭَﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﺑِﻪِ
ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻟِﻠَّﻪِ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﻓِﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﺪَﻉَ
ﻃَﻌَﺎﻣَﻪُ ﻭَﺷَﺮَﺍﺑَﻪُ

“ Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya,
maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan
haus yang dia tahan .” (HR. Bukhari no.
1903)

Zuur yang dimaksud dalam hadits di atas
adalah dusta. Berdusta dianggap jelek
setiap waktu. Namun semakin teranggap
jelek jika dilakukan di bulan Ramadhan.
Hadits di atas menunjukkan tercelanya
dusta. Seorang muslim tentu saja harus
menjauhi hal itu.

Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat
bahwa larangan yang dimaksud dalam
hadits di atas adalah larangan haram,
namun bukan termasuk pembatal puasa.
Pembatal puasa hanyalah makan, minum
dan jima’ (hubungan intim). Lihat Fath Al-
Bari , 4: 117.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi,

ﻣُﻘْﺘَﻀَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﺃَﻥَّ ﻣَﻦْ ﻓَﻌَﻞَ
ﻣَﺎ ﺫُﻛِﺮَ ﻟَﺎ ﻳُﺜَﺎﺏُ ﻋَﻠَﻰ ﺻِﻴَﺎﻣِﻪِ ،
ﻭَﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻥَّ ﺛَﻮَﺍﺏ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡ ﻟَﺎ ﻳَﻘُﻮﻡُ
ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﻮَﺍﺯَﻧَﺔِ ﺑِﺈِﺛْﻢ ﺍﻟﺰُّﻭﺭ ﻭَﻣَﺎ ﺫُﻛِﺮَ
ﻣَﻌَﻪُ

“Konsekuensi dari hadits tersebut, siapa
saja yang melakukan dusta yang telah
disebutkan, balasan puasanya tidak
diberikan. Pahala puasa tidak ditimbang
dalam timbangan karena telah bercampur
dengan dusta dan yang disebutkan
bersamanya.” ( Fath Al-Bari , 4: 117)
Al-Baidhawi menyatakan,

ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻤَﻘْﺼُﻮﺩ ﻣِﻦْ ﺷَﺮْﻋِﻴَّﺔِ ﺍﻟﺼَّﻮْﻡِ
ﻧَﻔْﺲ ﺍﻟْﺠُﻮﻉِ ﻭَﺍﻟْﻌَﻄَﺶِ ، ﺑَﻞْ ﻣَﺎ
ﻳَﺘْﺒَﻌُﻪُ ﻣِﻦْ ﻛَﺴْﺮِ ﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕ ﻭَﺗَﻄْﻮِﻳﻊِ
ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﺍﻟْﺄَﻣَّﺎﺭَﺓِ ﻟِﻠﻨَّﻔْﺲِ ﺍﻟْﻤُﻄْﻤَﺌِﻨَّﺔِ ،
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺼُﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪ
ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻧَﻈَﺮ ﺍﻟْﻘَﺒُﻮﻝِ

“Bukanlah maksud syari’at puasa adalah
menahan lapar dan dahaga saja. Dalam
puasa haruslah bisa mengendalikan
syahwat dan memenej jiwa agar memiliki
hati yang tenang. Jika tidak bisa
melakukan seperti itu, maka Allah tidaklah
menerima puasa tersebut.” ( Fath Al-Bari , 4:
117)

Dampak Jelek Berbohong

1- Berbohong memang teramat bahaya
yang dapat mengantarkan pada sifat-sifat
jelek lainnya.


Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟﺼِّﺪْﻕِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺼِّﺪْﻕَ ﻳَﻬْﺪِﻯ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺒِﺮِّ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺒِﺮَّ ﻳَﻬْﺪِﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻳَﺼْﺪُﻕُ ﻭَﻳَﺘَﺤَﺮَّﻯ
ﺍﻟﺼِّﺪْﻕَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻜْﺘَﺐَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺻِﺪِّﻳﻘًﺎ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ
ﻳَﻬْﺪِﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻔُﺠُﻮﺭِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻔُﺠُﻮﺭَ
ﻳَﻬْﺪِﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ
ﻳَﻜْﺬِﺏُ ﻭَﻳَﺘَﺤَﺮَّﻯ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻜْﺘَﺐَ
ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺬَّﺍﺑًﺎ

“ Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur
karena sesungguhnya kejujuran akan
mengantarkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan
pada surga. Jika seseorang senantiasa
berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka
dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat
dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan
kejahatan akan mengantarkan pada neraka.
Jika seseorang sukanya berdusta dan
berupaya untuk berdusta, maka ia akan
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. ” (HR.
Muslim no. 2607)

2- Berbohong selalu menggelisahkan jiwa,
berbedakan dengan sifat jujur yang selalu
menenangkan.


Dari Al-Hasan bin ‘Ali, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺩَﻉْ ﻣَﺎ ﻳَﺮِﻳﺒُﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَﺮِﻳﺒُﻚَ ﻓَﺈِﻥَّ
ﺍﻟﺼِّﺪْﻕَ ﻃُﻤَﺄْﻧِﻴﻨَﺔٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﺭِﻳﺒَﺔٌ

“ Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa
yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya
kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan
dusta akan menggelisahkan jiwa.” (HR.
Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1: 200. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih ).

3- Berbohong merupakan tanda
kemunafikan.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺁﻳَﺔُ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻖِ ﺛَﻼَﺙٌ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺪَّﺙَ ﻛَﺬَﺏَ ،
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻭَﻋَﺪَ ﺃَﺧْﻠَﻒَ ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺍﺅْﺗُﻤِﻦَ ﺧَﺎﻥَ

“ Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia
dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika
diberi amanat, ia khianat. ” (HR. Bukhari no.
33)

Asy-Sya’bi berkata,

ﻣَﻦْ ﻛَﺬَﺏَ ، ﻓَﻬُﻮَ ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ

“Siapa yang berdusta, maka ia adalah
munafik.” ( Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam , 2:
493)

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

ﺍﻟﻜَﺬِﺏُ ﺟِﻤَﺎﻉُ ﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕُ

“Dusta dapat mengumpulkan sifat
kemunafikan.” ( Ramadhan Durusun wa
‘Ibarun , hal. 39).

Mengajarkan Anak untuk Berbohong

Ada perkataan dari Az-Zuhri, dari Abu
Hurairah –walau sanad riwayat ini
munqathi’ (terputus)-, ia berkata, “Siapa
yang mengatakan pada seorang bocah,
‘Mari sini, ada kurma untukmu.’ Kemudian
ia tidak memberinya sedikit kurma pun,
maka ia telah berdusta.” ( Jami’ Al-‘Ulum wa
Al-Hikam , 2; 485). Tidak sedikit dari orang
tua yang membohongi anaknya seperti
yang dinyatakan dari Abu Hurairah di sini.

Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhahullah
berkata, “Jika orang tua sudah
mengingkari janji yang ia katakan pada
anaknya, maka hilanglah kepercayaan dari
anak pada orang tua. Bagaimana lagi jika
orang tua sampai mengajarkan secara
langsung untuk mengingkari janji? Tentu
nantinya anak tidak lagi percaya pada
orang tuanya sendiri.

Begitu pula didikan yang keliru adalah jika
ada seseorang yang datang mencari
orang tua, lalu ia katakan pada anaknya,
‘Beritahu saja, bapak tidak ada di rumah.’
Ini termasuk dosa dan telah mendidik
anak untuk berbohong tanpa orang tua
sadari.” ( Fiqh Tarbiyah Al-Abna’ , hal. 243).

Berbohong Saat Bercanda

Tidak boleh berbohong pula dalam
bercanda, bersandiwara atau hanya ingin
membuat orang lain tertawa. Dari Bahz bin
Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim
telah menceritakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ﻭَﻳْﻞٌ ﻟِﻠَّﺬِﻯ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﻓَﻴَﻜْﺬِﺏُ ﻟِﻴُﻀْﺤِﻚَ
ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﻭَﻳْﻞٌ ﻟَﻪُ ﻭَﻳْﻞٌ ﻟَﻪُ

“ Celakalah bagi yang berbicara lantas
berdusta hanya karena ingin membuat suatu
kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah
dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan
Tirmidzi no. 3315. Al-Hafizh Abu Thaohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini
hasan)

Di antara faktor yang mendorong
seseorang biasa berbohong:
jauh dari agama,
tidak takut akan siksa atau hukuman
dari Allah di akhirat,
ingin mendapatkan kebaikan yang
cepat diperoleh di dunia,
sudah jadi kebiasaan,
hasil didikan yang jelek.

Marilah jadikan bulan Ramadhan sebagai
ajang untuk memperbaiki diri menjadi
lebih baik.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Bohong Saat Puasa , Apakah Membatalkan Puasa ?"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top