Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

SEJARAH KERAJAAN SABA’




Saba’ adalah sebuah kerajaan di abad klasik
yang berdiri sejak 1300 SM, terletak di
wilayah Yaman saat ini. Kemasyhuran
negeri Saba’ benar-benar sesuatu yang
fenomenal dan menakjubkan bagi siapa saja
yang mengetahui kisahnya.

SIAPAKAH SABA’ ITU?

Dalam hadis Farwah bin Musaik, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya
oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah,
kabarkanlah kepadaku tentang Saba’?
Apakah Saba’ itu? Apakah ia adalah nama
sebuah tempat ataukah nama dari seorang
wanita?” Beliau pun menjawab,

ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺄَﺭْﺽٍ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻪُ
ﺭَﺟُﻞٌ ﻭَﻟَﺪَ ﻋَﺸْﺮَﺓً ﻣِﻦَ ﺍﻟﻌَﺮَﺏِ،
ﻓَﺘَﻴَﺎﻣَﻦَ ﺳِﺘَّﺔٌ ﻭَﺗَﺸَﺎﺀَﻡَ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ

“ Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan
pula nama wanita, tetapi ia adalah seorang laki-
laki yang memiliki sepuluh orang anak dari
bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya
menempati wilayah Yaman dan empat orang
menempati wilayah Syam .” (HR. Abu Dawud,
no. 3988 dan Tirmidzi, no. 3222).

Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
ada tambahan nama-nama dari anak Saba,
“Adapun yang menempati wilayah Yaman,
mereka adalah: Madzhij, Kindah, al-Azd, al-
Asy’ariyun, Anmar, dan Himyar. Dan yang
menempati wilayah Syam adalah Lakhm,
Judzam, Amilah, dan Ghassan (HR. Ahmad,
no. 2898).

Para sejarawan juga mencatat bahwa nama
asli dari Saba’ adalah Abdu asy-Syams. Dan
sebagaimana kita ketahui, nama-nama
kabilah Arab terambil dari nama anak-anak
Saba’.

KERAJAAN SABA’

Awalnya kerajaan Saba’ dikenal dengan
dengan Dinasti Mu’iinah sedangkan raja-raja
mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba’. Ibu
kotanya Sharwah, yang puing-puingnya
terletak 50 km ke arah barat laut dari kota
Ma’rib. Pada periode inilah bendungan
Ma’rib mulai dibangun. Periode ini antara
tahun 1300 SM hingga 620 SM. Pada
periode berikutnya, antara tahun 620 SM –
115 SM, barulah mereka dikenal dengan
nama Saba’. Mereka menjadikan Ma’rib
sebagai ibu kotanya.

LETAK GEOGRAFI

Dahulu, secara garis besar wilayah Jazirah
Arab dibagi menjadi dua bagian, bagian
Utara dan bagian Selatan. Arab bagian
Selatan lebih maju dibandingkan Arab
bagian Utara. Masyarakat Arab bagian
Selatan adalah masyarakat yang dinamis
dan memiliki peradaban, mereka telah
mengenal kontak dengan dunia
internasional karena pelabuhan mereka
terbuka bagi pedagang-pedagang asing
yang hendak berniaga ke sana. Sementara
orang-orang Arab Utara adalah mereka yang
terbiasa dengan kerasnya kehidupan padang
pasir, mereka kaku dan lugu karena
kurangnya kontak dengan dunia luar. Tentu
saja geografi kerajaan Saba’ sangat
mempengaruhi bagi kemajuan peradaban
mereka.

KEMAKMURAN KAUM SABA’

Kerajaan Saba’ terkenal dengan hasil
alamnya yang melimpah, orang-orang pun
banyak berhijrah dan bermitra dengan
mereka. Perekonomian mereka begitu
menggeliat hidup dan sangat dinamis. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfiman mengabarkan
tentang kemakmuran kaum Saba’

ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﺴَﺒَﺈٍ ﻓِﻲ ﻣَﺴْﻜَﻨِﻬِﻢْ
ﺀَﺍﻳَﺔٌ ﺟَﻨَّﺘَﺎﻥِ ﻋَﻦ ﻳَﻤِﻴﻦٍ
ﻭَﺷِﻤَﺎﻝٍ ﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻦ ﺭِّﺯْﻕِ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ
ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭﺍ ﻟَﻪُ ﺑَﻠْﺪَﺓٌ ﻃَﻴِّﺒَﺔٌ
ﻭَﺭَﺏٌّ ﻏَﻔُﻮﺭٌ

“ Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda
(kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka,
yaitu dua buah kebun, di sebelah kanan dan di
sebelah kiri .” (QS. Saba’: 15)
Kedua kebun tersebut sangat luas dan
diapit oleh dua gunung di wilayah Ma’rib.

Tanahnya pun sangat subur, menghasilkan
berbagai macam buah dan sayuran.
Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid
rahimahumallah mengisahkan, apabila ada
seseorang yang masuk ke dalam kebun
tersebut dengan membawa keranjang di
atas kepalanya, ketika keluar dari kebun itu
keranjang tersebut akan penuh dengan
buah-buahan tanpa harus memetik buah
tersebut. Abdurrahman bin Zaid
menambahkan, di sana tidak ditemukan
nyamuk, lalat, serangga, kalajengking, dan
ular ( Tafsir ath-Thabari , 20: 376-377).

Menurut al-Qusyairi, penyebutan dua kebun
tersebut tidak berarti bahwa di Saba’ kala
itu hanya terdapat dua kebun itu saja, tapi
maksud dari dua kebun itu adalah kebun-
kebun yang berada di sebelah kanan dan
kiri lembah atau dianatara gunung tersebut.
Kebun-kebun di Ma’rib saat itu sangat
banyak dan memiliki tanaman yang
bervariasi ( Fathul Qadir , 4: 422).

Yang membuat tanah di Ma’rib menjadi
subur adalah bendungan Ma’rib atau juga
dikenal dengan nama bendungan ‘Arim,
bendungan yang panjangnya 620m, lebar
60m, dan tinggi 16m ini mendistribusikan
airnya ke ladang-ladang penduduk dan juga
menjadi sumber air di wilayah Ma’rib.

Literatur sejarah menyebutkan bahwa yang
membangun bendungan ini adalah Raja
Saba’ bin Yasyjub sedangkan buku-buku
tafsir mencatumkan nama Ratu Bilqis
sebagai pemrakarsa dibangunnya
bendungan ini. Ratu Bilqis berinisiatif
mendirikan bendungan tersebut lantaran
terjadi perebutan sumber air di antara
rakyatnya yang mengakibatkan mereka
saling bertikai bahkan saling membunuh.
Dengan dibangunnya bendungan ini, orang-
orang Saba’ tidak perlu lagi khawatir akan
kehabisan air dan memperbutkan sumber
air, karena bendungan tersebut sudah
menjamin kebutuhan air mereka, mengairi
kebun-kebun dan memberi minum ternak
mereka.

KEHANCURAN KAUM SABA’

Sebelum Ratu Bilqis masuk Islam, kaum
Saba’ menyembah matahari dan bintang-
bintang. Setelah ia memeluk Islam, maka
kaumnya pun berbondong-bondong
memeluk agama Islam yang didakwahkan
oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam .
Sampai kurun waktu tertentu, kaum Saba’
tetap mentauhidkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala . Namun kemudian, mereka kembali ke
agama nenek moyang mereka, menyembah
matahari dan bintang-bintang. Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus tiga
belas orang rasul kepada mereka ( Tafsir
Ibnu Katsir , 6: 507), akan tetapi mereka tetap
tidak mau kembali ke agama monotheisme,
mentauhidkan Allah dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu apa pun.
Allah pun mencabut kenikmatan yang telah
Dia anugerahkan kepada mereka,

ﻓَﺄَﻋْﺮَﺿُﻮْﺍ ﻓَﺄَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ
ﺳَﻴْﻞَ ﺍﻟﻌَﺮِﻡِ

“ Tetapi mereka berpaling, maka kami
datangkan kepada mereka banjir
al-‘arim .” (QS. Saba’: 16)

Penyebab Hancurnya Bendungan Ma’rib

Penyebab kehancuran bendungan tersebut
tentu saja adalah takdir Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan akibat dari kaum Saba’ yang
kufur akan nikmat Allah terhadap mereka.
Namun, Allah menciptakan suatu perantara
yang bisa diterima oleh logika manusia agar
manusia lebih mudah untuk merenungi dan
mengambil pelajaran. Di dalam buku-buku
tafsir disebutkan, seekor tikus yang lebih
besar dari kucing sebagai penyebab
runtuhnya bendungan Ma’rib. Subhanallah!
Betapa mudahnya Allah menghancurkan
bendungan tersebut, meskipun dengan
seekor makhluk kecil yang dianggap
eremah, tikus.

Sebab lain yang disebutkan oleh sejarawan
adalah terjadinya perang saudara di
kalangan rakyat Saba’ sementara
bendungan mereka butuh pemugaran karena
dirusak oleh musuh-musuh mereka (at-
Tahrir wa at-Tanwir, 22: 169), perang
saudara tersebut mengalihkan mereka dari
memperbaiki bendungan Ma’rib. Allahu
a’lam mana yang lebih benar mengenai
berita-berita tersebut.

Bendungan ini hancur sekitara tahun 542 M.
Setelah itu, mereka hidup dalam kesulitan,
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh subur di
tanah mereka tidak lagi menghasilkan buah
seperti sebelum-sebelumnya dan Yaman
saat ini termasuk salah satu negeri
termiskin dan terkering di Jazirah Arab.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“ Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan
dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari
pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan
Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian
itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang
sangat kafir .” (QS. Saba’: 16-17)

Dalam firman-Nya yang lain

“ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman
lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya
melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah merasakan kepada
mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi
mereka mendustakannya; karena itu mereka
dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-
orang yang zalim .” (QS. An-Nahl: 112 –
113).

Kalau kita renungkan kisah kaum Saba’
dengan perenungan yang mendalam, tentu
saja kita menemukan suatu kengerian,
bagaimana sebuah negeri yang teramat
sangat subur, lalu menjadi negeri yang
kering dan tandus. Allah mengabadikan
kisah kaum Saba’ ini di dalam Alquran dan
memberi nama surat yang memuat kisah
mereka dengan surat Saba’. Hal ini tentu
saja dimaksudkan agar manusia senantiasa
mengingat-ingat apa yang terjadi kepada
kaum ini. Demikian pula negeri kita,
Indonesia, yang disebut sebagai jamrud
katulistiwa, tongkat yang dibuang ke tanah
akan menjadi pohon, sebagai gambaran
kesuburannya, hendaknya kita merenungi
apa yang terjadi pada kaum Saba’ agar kita
tidak mengulang kisah perjalan mereka.
“ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah
bagi setiap orang yang sabar lagi
bersyukur.” (QS. Saba’: 19)

Ditulis oleh Nurfitri Hadi, M.A.

Artikel www.KisahMuslim.com

Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "SEJARAH KERAJAAN SABA’"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top