Kaizuka7. Diberdayakan oleh Blogger.
Muslim Tak Akan Meninggalkan Sholat

KASIH SAYANG UMAR TERHADAP RAKYATNYA



Menyebut nama Umar bin al-Khattab, nalar
kita begitu reflek membayangkan sosok
pemimpin yang tegas, adil, dan karismatik.

Ditambah perawakan Umar yang tinggi-
besar dan bersuara lantang. Menjadikan
figurnya seolah-olah pemimpin di kisah-
kisah dongeng yang begitu ideal. Ya, Umar
memang seorang yang adil. Dia juga tegas.
Dan dia berhasil memakmurkan rakyatnya.
Aahh.. kiranya Umar hadir di zaman
sekarang.. seloroh sebagian orang sebagai
keluh keputus-asaan akan sosok pemimpin
idaman.

Kita bersyukur banyak kaum muslimin
mencintai sosok Umar. Mereka mencintai
sahabat Nabi ï·º yang mulia.
Nomor dua kedudukannya jika dirunut
bersama Abu Bakar, radhiallahu ‘anhuma .

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu pernah
berkata, “Aku mencintai Nabi
ï·º , mencintai Abu Bakar, dan
mencintai Umar. Aku berharap bisa bersama
dengan mereka (di hari kiamat) lantaran
kecintaanku pada mereka, walaupun aku
tidak bisa beramal seperti amalan
mereka.” (HR. Bukhari, No. 3688).

Selain dikenal tegas, Umar juga memiliki
sifat lembut dan kasih sayang kepada
rakyatnya.

Umar Takut Jika Menelantarkan Rakyatnya
Muawiyah bin Hudaij radhiallahu ‘anhu
datang menemui Umar setelah penaklukkan
Iskandariyah. Lalu ia menderumkan hewan
tunggannya. Kemudian keluarlah seorang
budak wanita. Budak itu melihat penat Umar
setelah bersafar. Ia mengajaknya masuk.
Menghidangkan roti, zaitun, dan kurma
untuk Umar. Umar pun menyantap hidangan
tersebut. Kemudian berkata keapda
Muawiyah, “Wahai Muawiyah, apa yang
engkau katakan tadi ketika engkau mampir
di masjid?” “Aku katakan bahwa Amirul
Mukminin sedang tidur siang”, jawab
Muawiyah. Umar berkata, “Buruk sekali apa
yang engkau ucapkan dan alangkah jeleknya
apa yang engkau sangkakan. Kalau aku
tidur di siang hari, maka aku menelantarkan
rakyatku. Dan jika aku tidur di malam hari,
aku menyia-nyiakan diriku sendiri (tidak
shalat malam). Bagaimana bisa tertidur
pada dua keadaan ini wahai Muawiyah?” .

Mungkin Muawiyah bin Hudaij bermaksud
kasihan kepada Umar. Ia ingin Umar
beristirahat karena capek sehabis bersafar.
Rakyat pun akan memaklumi keadaan itu
dan juga kasihan kepada pemimpinnya,
sehingga mereka rela jika Umar beristirahat.
Tetapi Umar sendiri malah khawatir kalau
hal itu termasuk menghalangi rakyatnya
untuk mengadukan keinginannya mereka
kepadanya.

Umar berkata, “Jika ada seekor onta mati
karena disia-siakan tidak terurus. Aku takut
Allah memintai pertangung-jawaban
kepadaku karena hal itu .

Karena onta tersebut berada di wilayah
kekuasaannya, Umar yakin ia bertanggung
jawab atas keberlangsungan hidupnya.
Ketika onta itu mati sia-sia; karena
kelaparan, atau tertabrak kendaraan, atau
terjerembab di jalanan karena fasilitas yang
buruk, Umar khawatir Allah akan memintai
pertanggung-jawaban kepadanya nanti di
hari kiamat. Subhanallah… kalau rasa
tanggung jawab kepada hewan pun sampai
demikian, bagaimana kiranya kepada
manusia? Semoga Allah meridhai dan
senantiasa merahmati Anda wahai Amirul
Mukminin…

Berkaca pada keadaan kita jalan berlubang
sehingga banyak yang celaka, banjir, macet,
tidak aman di jalanan, dan lain sebagainya.
Diklaim sebagai pemimpin yang adil dan
amanah. Memang standarnya berbeda.

Pada saat haji terakhir yang ia tunaikan
dalam hayatnya, Umar radhiallahu ‘anhu
duduk bersimpuh kemudian membentangkan
rida’nya. Ia mengangkat tinggi kedua
tangannya ke arah langit. Ia berucap, “Ya
Allah.. sungguh usiaku telah menua dan
ragaku kian melemah, sementara rakyaku
semakin banyak (karena wilayah Islam
meluas pen.), cabutlah nyawaku dalam
keadaan tidak disia-siakan.”

Perhatian Terhadap Rakyat

Perhatian Umar terhadap rakyatnya benar-
benar membuat kita kagum dan namanya
pun kian mengharum, mulia bagi mereka
pembaca kisah kepemimpinannya. Doa-doa
rahmat dan ridha untuknya begitu deras
mengalir. Siang-malam ia pantau keadaan
rakyatnya. Ia benar-benar sadar
kepemimpinan itu adalah melayani.
Kepemimpinan bukan untuk menaikkan
status sosial, menumpuk harta, yang akan
menghasilkan kehinaan di akhirat semata.
Orang hari ini kenal belusukan sebagai ciri
pimpinan peduli, Umar telah melakukannya
sejak dulu dengan ketulusan hati. Ia duduk
bersama rakyatnya, mengintipi keadaan
mereka, dan menanyai hajat kebutuhan.
Kepada yang kecil atau yang besar. Kepada
yang kaya atau yang miskin. Ia tidak pernah
memberikan batas kepada mereka semua.
Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma
mengatakan, “Setiap kali shalat, Umar
senantiasa duduk bersama rakyatnya. Siapa
yang mengadukan suatu keperluan, maka ia
segera meneliti keadaannya. Ia terbiasa
duduk sehabis shalat subuh hingga
matahari mulai naik, melihat keperluan
rakyatnya. Setelah itu baru ia kembali ke
rumah”.

Sebagian rakyat ada yang merasa enggan
mengadukan permasalahannya. Mereka
segan karena betapa wibawanya Umar.
Kemudian beberapa orang sahabat; Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam,
Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi
Waqqash ingin memberi tahu Umar tentang
hal ini. Dan majulah Abdurrahman bin Auf
yang paling berani untuk membuka
pembicaraan dengan Umar.

Serombongan sahabat ini berkata,
“Bagaimana jika engkau (Abdurrahman)
berbicara kepada Amirul Mukminin. Karena
ada orang yang ingin dipenuhi
kebutuhannya, namun segan untuk
berbicara dengannya karena wibawanya.
Sehingga ia pun pulang menahan
keperluannya.

Abdurrahman pun menemui Umar dan
berbicara kepadanya. “Amirul Mukminin,
bersikaplah lemah lebut kepada orang-
orang. Karena ada orang yang hendak
datang menemuimu, namun suara mereka
untuk memberi tahu kebutuhan, tercekat
oleh wibawamu. Mereka pun pulang dan
tidak berani bicara”, kata Abdurrahman.
Umar radhiallahu ‘anhu menanggapi, “Wahai
Abdurrahaman, aku bertanya kepadamu atas
nama Allah, apakah Ali, Utsman, Thalhah,
az-Zubair, dan Saad yang memintamu untuk
menyampaikan hal ini?” “ Allahumma na’am ”,
jawab Abdurrahman.

“Wahai Abdurrahman, demi Allah, aku telah
bersikap lemah lembut terhadap mereka
sampai aku takut kepada Allah kalau
berlebihan dalam hal ini. Aku juga bersikap
tegas kepada mereka, sampai aku takut
kepada Allah berlebihan dalam ketegasan.
Lalu, bagaimana jalan keluarnya?” Tanya
Umar. Abdurrahman pun menangis. Lalu
mengusapkan rida’nya menghapus titik air
mata. Ia berucap, “Lancang sekali mereka.
Lancang sekali mereka”.

Adapun bagi masyarakat yang tinggal jauh
dari Kota Madinah; seperti penduduk Irak,
Syam, dll. Umar sering bertanya tentang
keadaan mereka, kemudian memenuhi
kebutuhan mereka. Umar mengirim
utusannya untuk meneliti keadaan orang-
orang di luar Madinah.

Terkadang, Umar juga mengadakan
kunjungan langsung. Melihat sendiri
keadaan rakyat di bawah kepengurusan
gubernurnya. Umar memenuhi kebutuhan
mereka dengan sungguh-sungguh. Sampai-
sampai ia berkeinginan janda-janda yang
tidak memiliki orang yang menanggung
merasa cukup dengan bantuannya sehingga
tidak butuh kepada laki-laki lainnya.

Penutup

Inilah seorang pemimpin yang memerankan
kepemimpinan dalam arti sebenarnya. Ia
memberikan teladan dalam perkataan dan
perbuatan. Seorang yang shaleh secara
pribadi dan cakap dalam kepemimpinan.
Sesuatu yang perlu kita sadari, pemimpin
adalah kader dari masyarakatnya. Umar bin
al-Khattab adalah kader dari masyarakatnya.
Dan setiap masyarakat akan mengkader
pemimpin mereka sendiri. Masyarakat yang
baik akan melahirkan kader yang baik,
sehingga sekumpulan kader-kader yang baik
ini akan menunjuk yang terbaik di antara
mereka untuk memimpin mereka. Dan
masyarakat yang jelek akan melahirkan
kader yang serba kekurangan. Lalu mereka
menunjuk pemimpin berdasarkan hawa
nafsu dan kepentingan.

Keterangan:

1. Az-Zuhd oleh Ahmad bin Hanbal, Hal:
152. Madar atsar ini adalah Ali Musa bin
Ulya al-Lakhmi. Adz-Dzahabi mengomentarai
bahwa dia orang yang tsabit dan shaleh (al-
Kasysyaf, 2: 306). Menurut Ibnu Hajar
shaduq walaupun mungkin keliru dan rijal
yang lain pada riwayat Ahmad tsqat. Atsar
ini hasan.

2. Ath-Thabaqat oleh Ibnu Saad, 3: 305.
Mushannaf oleh Ibnu Abi Syaibah, 7: 99.
Tarikh ath-Thabari, 2: 566. Tarikh Dimasyq
oleh Ibnu Asakir, hal: 304. Atsar ini hasan li
ghairihi karena banyak jalan yang
menguatkannya.

3. Diriwayatkan oleh Malik dalam al-
Muwaththa 21: 2, dll.

4. Ath-Thabaqat oleh Ibnu Saad, 3: 288.
Tarikh ath-Thabari, 2: 565-566. Atsar ini
hasan.

5. Ath-Thabaqat oleh Ibnu Saad, 3: 287.
Tarikh ath-Thabari, 2: 568. Dll. Atsar ini
hasan.

6. Adabul Mufrad oleh Bukhari, Hal: 353.
Dll.

Sumber: http://islamstory.com/ar/
%D8%B9%D9%85%D8%B1-
%D8%A8%D9%86-
%D8%A7%D9%84%D8%AE
%D8%B7%D8%A7%D8%A8-
%D9%88%D8%A7%D8%AC
%D8%A8%D8%A7%D8%AA-
%D8%A7%D9%84%D8%AE
%D9%84%D9%8A%D9%81%D8%A9-
%D9%86%D8%AD%D9%88-
%D8%B1%D8%B9%D9%8A%D8%AA
%D9%87

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "KASIH SAYANG UMAR TERHADAP RAKYATNYA"
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top