Diberdayakan oleh Blogger.

RIDHA DENGAN TAKDIR YANG PAHIT



Dihikayatkan bahwa seseorang dari
kalangan orang-orang shalih melewati
seorang laki-laki yang terkena penyakit
lumpuh separuh badan, ulat bertebaran dari
dua sisi perutnya, lebih dari itu ia juga buta
dan tuli. Lelaki lumpuh itu mengatakan,
“segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkanmu dari cobaan yang telah
dialami oleh banyak orang.” Lantas lelaki
shalih yang lewat itu heran, kemudian
bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku! Apa
yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari dirimu padahal saya melihat
semua musibah, menimpa dirimu?” Ia
menjawab, “Menyingkirlah kamu dariku hai
pengangguran! Sungguh, Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah menyelamatkanku karena Dia
menganugerahkan kepadaku lisan yang
selalu mentauhidkan-Nya, hati yang dapat
mengenal-Nya, dan waktu yang selalu
kugunakan untuk berdzikir kepada-Nya.”

Dihikayatkan pula bahwa ada seorang yang
shalih yang apabila ditimpa sebuah
musibah atau mendapat cobaan, selalu
berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”
Pada suatu malam serigala datang
memangsa ayam jagonya, kejadian ini
disampaikan kepadanya, maka ia pun
berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.”
Kemudian pada malam itu pula anjing
penjaga ternaknya dipukul orang hingga
mati, lalu kejadian ini disampaikan
kepadanya. Ia pun berkata, “Ini adalah
sesuatu yang baik.” Tak berapa lama
keledainya meringkik, lalu mati. Ia pun
berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik,
insya Allah.” Anggota keluarganya merasa
sempit dan tidak mampu memahami
mengapa ia mengucapkan perkataan itu.

Pada malam itu orang-orang Arab datang
menyerang mereka. Mereka membunuh
semua orang yang ada di wilayah tersebut.
Tidak ada yang selamat selain dia dan
keluarganya. Orang-orang Arab yang
menyerang tersebut menjadikan suara ayam
jago, gonggongan anjing, dan teriakan
keledai sebagai indikasi bahwa sebuah
tempat itu dihuni oleh manusia, sedangkan
semua binatang miliknya telah mati. Jadi,
kematian semua binatang ini merupakan
kebaikan dan menjadi penyebab dirinya
selamat dari pembunuhan. Maha Suci Allah
Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Al-Mada’ini menceritakan,

“Di daerah pedalaman saya pernah melihat
seorang perempuan yang saya belum
pernah melihat seorang pun yang lebih
bersih kulitnya dan lebih cantik wajahnya
daripada dirinya. Lalu saya berkata, “Demi
Allah, kesempurnaan dan kebahagiaan
berpihak kepadamu.” Lantas perempuan
tersebut berkata, “Tidak. Demi Allah,
sesungguhnya saya banyak dikelilingi oleh
duka cita dan kesedihan. Saya akan
bercerita kepadamu. Dulu saya mempunyai
seorang suami. Dari suami saya tersebut
saya mempunyai dua orang anak. Suatu
ketika ayah kedua anak saya ini sedang
menyembelih kambing pada hari raya Idul
Adha. Sedangkan anak-anak sedang
bermain.” Lantas anak yang lebih besar
berkata kepada adiknya, “Apakah kamu
ingin saya beritahu bagaimana cara ayah
menyembelih kambing?” Adiknya menjawab,
“Ya.” Lalu si kakak menyembelih adiknya.
Ketika si kakak ini melihat darah, maka ia
menjadi cemas, lalu ia melarikan diri ke
arah gunung. Tiba-tiba ia dimangsa oleh
serigala. Kemudian ayahnya keluar untuk
mencari anaknya, ternyata ia tersesat di
jalan sehingga ia mati kehausan. Akhirnya
saya pun hidup sebatang kara.” Lantas saya
bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau
bisa sabar?” Ia menjawab, “Apabila
peristiwa tersebut terus-menerus menimpa
saya, pasti saya masih merasakannya.
Namun, hal itu saya anggap hanya sebuah
luka, hingga akhirnya ia pun sembuh.”

Pada saat putranya meninggal dunia, Imam
asy-Syafi’i rahimahullah . Berkata, “Ya Allah!
Jika Engkau memberi cobaan, maka
sungguh Engkau masih menyelamatkanku.
Jika Engkau mengambil, sungguh Engkau
masih menyisakan yang lain. Jika Engkau
mengambil sebuah organ, sungguh Engkau
masih menyisakan banyak organ yang lain.
Jika Engkau mengambil seorang anak,
sungguh Engkau masih menyisakan
beberapa anak yang lain.”

Al-Ahnaf bin Qais mengatakan,

“Saya mengadukan sakit perut yang saya
alami kepada pamanku, namun ia malah
membentakku seraya berkata, “Jika sesuatu
menimpamu, janganlah engkau
mengeluhkannya kepada seorang pun.
Sesungguhnya manusia itu ada dua macam.
Teman yang kamu susahkan dan musuh
yang kamu senangkan. Janganlah engkau
mengeluhkan sesuatu yang menimpa dirimu
kepada makhluk sepertimu yang tidak
mampu mencegah bila hal serupa menimpa
dirinya. Akan tetapi, adukanlah pada Dzat
yang memberi cobaan kepadamu. Dialah
yang mampu memberikan kelonggaran
kepadamu. Hai putra saudaraku! Sungguh,
salah satu dari kedua mataku ini tidak dapat
melihat semenjak empat puluh tahun lalu.
Saya tidak memberitahukan hal ini kepada
istri saya dan kepada seorang pun dari
keluarga saya.”

Ada seorang yang shalih mendapat cobaan
terkait putra-putranya. Ketika ia dianugerahi
dua orang anak dan baru saja mulai
beranjak besar sehingga membuatnya
bahagia, tiba-tiba anaknya dijemput
kematian. Ia ditinggalkan anaknya dengan
penuh kesedihan dan patah hati. Akan
tetapi, lantaran kuatnya iman, ia hanya dapat
mengikhlaskan karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan bersabar seraya berkata, “Milik
Allah Subhanahu wa Ta’ala – segala sesuatu
yang telah Dia berikan. Milik Allah
Subhanahu wa Ta’ala pula segala sesuatu
yang telah Dia ambil. Ya Allah! Berilah
keselamatan kepadaku dalam musibah ini
dan berikanlah ganti yang lebih baik lagi.”

Allah pun menganugerahkannya anak yang
ketiga. Setelah beberapa tahun, si anak
jatuh sakit. Dan ternyata sakitnya sangat
parah sampai hampir mati. Sang ayah
berada di sisinya dengan air mata yang
berlinangan. Kemudian ia merasakan kantuk
dan tidur. Di dalam tidurnya ia bermimpi
bahwa kiamat telah datang. Ketakutan-
ketakutan pada hari Kiamat telah muncul.
Lantas ia melihat shirath (jembatan) yang
telah dipasang di atas permukaan Neraka
Jahannam. Orang-orang sudah siap
menyeberanginya. Laki-laki tersebut melihat
dirinya sendiri di atas shirath . Ia hendak
berjalan, tetapi ia takut terjatuh. Tiba-tiba
anaknya yang pertama yang telah mati
datang berlari-lari menghampirinya seraya
berkata, “Saya akan menjadi sandaranmu
wahai ayahku!” Sang ayah pun mulai
berjalan. Akan tetapi, ia masih khawatir
terjatuh dari sisi lain. Tiba-tiba ia melihat
anaknya yang kedua mendatanginya dan
memegangi tangannya pada sisi lainnya.
Lantas lelaki tersebut sungguh-sungguh
bergembira. Setelah ia berjalan sebentara, ia
merasakan sangat haus, lalu ia meminta
kepada salah satu dari dua anaknya
tersebut agar memberinya minuman.

Keduanya berkata, “Tidak bisa. Jika salah
satu dari kita meninggalkanmu, niscaya
engkau terjatuh ke neraka, lalu apa yang
sebaiknya kita lakukan?” Salah satu dari
kedua anaknya berkata, “Wahai ayahku!
Seandainya ada saudara kami yang ketiga
bersama kami, pastilah ia dapat
mengambilkan minum untukmu sekarang.”

Lantas lelaki tersebut terjaga dari tidurnya
seraya ketakutan. Ia memuji Allah
Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia masih hidup
dan Hari Kiamat belum tiba. Seketika ia
melirik ke arah anaknya yang sedang sakit
di sampingnya. Ternyata anaknya telah
meninggal dunia. Kontan ia menjerit,
“Segala puji bagi Allah.” Sungguh, saya
telah mempunyai simpanan dan pahala.
Kamu adalah pendahulu bagiku di atas
shirath pada hari Kiamat kelak.”

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101
Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah,
Pustaka Arafah Cetakan 1

Artikel www.KisahMuslim.com

Pubish kembali oleh http://kaizuka7.blogspot.com
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "RIDHA DENGAN TAKDIR YANG PAHIT"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top